MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA
Nama : yudha adityawarman
Kelas : 1ia12
NPM: 56417320
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber saya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua situs yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber saya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua situs yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari
semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pemuda dan permasalahannya dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pemuda dan permasalahannya dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Jakarta, 24 November 2017
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I :
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
BAB II :
ISI
2.1 Definisi Remaja menurut para ahli
2.2 Karakteristik Remaja
2.1 Definisi Remaja menurut para ahli
2.2 Karakteristik Remaja
2.3 Fase Pertumbuhan Remaja
2.4 Studi Kasus
2.5 Analisis Masalah
2.6 Solusi Penyelesaian Kasus
BAB III :
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka
3.2 Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu
tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan dengan masa yang paling
indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan tantangan
(Kartini Kartono, 1992). Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju
dewasa (Hurlock, 1993), karena pada fase ini remaja secara fisik telah
mengalami perkembangan sebagaimana layaknya orang dewasa. Dan perkembangan
fisik ini selanjutnya mengarahkan remaja kepada pembentukan dan pencarian
identitas dirinya (Santrock, 1995).Perkembangan fisik membuat remaja merasa dirinya telah
dewasa dan harus mendapat peran yang sama sebagaimana orang dewasa dalam
membuat keputusan, menentukan kegiatan, menentukan tempat sekolah dan lain
sebagainya. Sementara di sisi lain perkembangan fisik yang telah matang pada
remaja tersebut tidak diikuti dengan kematangan emosi, kognitif dan ranah
psikologis yang lain. Sehingga para orang dewasa masih menganggap mereka
sebagai anak-anak yang membutuhkan pengasuhan bukan dukungan, yang membutuhkan
perlindungan bukan bimbingan dan membutuhkan sosialisasi bukan pengarahan.
Kekaburan peran ini menjadikan masa remaja menjadi masa
yang penuh dengan goncangan, masa peralihan dan masa pencarian identitas
(Hurlock, 1993; Darajad, 1970; Bisri, 1995; Monks, 2002). Hal ini juga identik
dengan kata ’pemberontakan’. Dalam masalah psikologi hal itu disebut masa storm and stresskarena banyaknya
goncangan-goncangan dan perubahan-perubahan yang cukup radikal dari masa
sebelumnya (Kartini Kartono, 1992).Dalam menjalani tahap perkembangan ini, remaja harus
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan remaja dapat
terhambat apabila goncangan dan perubahan ini tidak dihadapi dengan baik.
Walaupun remaja sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk mandiri, namun tetap
diperlukan bimbingan dan pengarahan agar tugas perkembangannya dapat
dilaksanakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan
masalah-masalah yang dapat menghambat tugas perkembangan remaja. Diantaranya
berupa masalah fisik, sosial, moral, ekonomi, dan kognitif. Contohnya: pelajar
yang terlibat dalam tawuran atau remaja yang membolos sekolah untuk bermain
dengan temannya. Semua masalah ini harus dicarikan solusi dan diperlukan
bimbingan bagi remaja.Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa,
pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara
fisik, biologis, mental dan emosional serta psikososial. Kesemuanya ini dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ketidak
siapan remaja dalam menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai
perilaku menyimpang seperti : kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyaki
menular seksual (PMS) dan HIV / AIDS, kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi
dan sebagainya.
Untuk mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara
sehat dan bertanggung jawab maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi
tentang kesehatan reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi
informasi global yang dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat,
mandiri dan berkualitas.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
a. Apa
saja definisi Remaja menurut para ahli ?
b. Apa
saja Karakteristik remaja ?
c. ApaSaja
Fase Pertumbuhan Remaja ?
d. Membahas Studi kasus remaja dan
permasalahannya
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Rangkuman
dari sisi kehidupan remaja dan permasalahannya yang tersusun dalam bentuk sebuah
makalah.
- Mengidentifikasi masalah kognitif yang menghambat
tugas perkembangan remaja.
- Mengidentifikasi solusi-solusi untuk menyelesaikan
masalah kognitif yang timbul dalam tahap perkembangan remaja.
- Membantu remaja melaksanakan tugas perkembangannya
dengan baik dan memberikan penyelesaian efektif terhadap masalah kognitif
yang dihadapi remaja.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan
dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis
menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini. Dengan menyebutkan
berbagai sumber untuk penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja menurut para ahli
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak
juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam
Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja
adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai
dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja
adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini
anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum
digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia
remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja
awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja
akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi
empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15
tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21
tahun (Deswita, 2006: 192).Definisi
yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis.
2.2 Karakteristik Remaja
Karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis,
transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
- Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi
pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi
dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh
(badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada
laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2006: 52).Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung
Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak
perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi,
anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus
berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum
setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh
bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi
antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh
bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara,
ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan
tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut
halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara,
rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitary dan
kelenjar hypothalamus. Kedua
kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan
merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja
(Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94)
2. Transisi
Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya
dalam perkembangan kognitif remaja.Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih
nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.
Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat
menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain
dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental
seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Jean Piaget
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget merupakan periode
terakhir dan tertinggi. Jean Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini
sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami
hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu
hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya.
Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi
berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara
fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan
sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai
seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Keating (Kimmel,1990) berpendapat ada 5 karakteristik cara
berfikir yang membedakan dengan stadium sebelumnya yaitu:
- Mampu berfikir tentang kemungkinan kemungkinan baik
yang telah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi.
- Berfikir dengan hipotesis.
- Befikir jauh ke depan, membuat rencana kedepan, dan
merencanakan strategis yang tepat.
- Metakognisi, adalah suatu proses berfikir tetntang
berfikir, mereka mampu mengukur kemampuan diri, pengetahuan, tujuan, serta
langkah langkah untuk mancapainya, dangan kata lian meraka mampu
merancanakan, membuat suatu keputusan dan mengambil strategi atau
alternatif pemecahan masalah.
- Berfikir tanpa batas dan bersifat abstrak, misalnya
tentang politik, agama atau keyakinan, moral hubungan antar manusia.
Dengan kemampuan-kemampuan tersebut maka remaja semakin
yakin akan kemampuannya dalam mengambil keputusannya sendiri dan tidak lagi
terlalu tergantung kepada orang lain (Murniati & Beatrix, 2000). Remaja
dapat mandiri dalam melaksanakan tugas dan perannya dalam masayarakat. Selain
itu, perkembangan kognitif remaja juga dapat dilihat dari partisipasinya dalam
bidang politik, ekonomi, dan pendidikan.Dalam menjalani tahap perkembangan kognitif ini, remaja
sering mengalami banyak hambatan atau masalah. Sehingga tugas perkembangannya
tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hambatan tersebut diantaranya konflik
yang timbul antara remaja dengan sekolah, orang tua, maupun lingkungan. Selain
itu, masih sangat banyak remaja yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai
dimensi.
3. Transisi
Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi,
kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan
sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam
kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan
anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam
Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139).
2.3 Fase Pertumbuhan Remaja
1. Masa
pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan
dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat
dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar
pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya
organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu,
perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini.
Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa
tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta
menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan
diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih
berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya,
bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering
ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin
diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan
kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin
berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan,
seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya.
Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang
formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka
akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung
ke rumah saudara.
Tapi,
pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2. Masa
pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana
perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia
memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil
akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai
dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai
dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu
akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan
pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal
ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan
diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak
diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya
emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami
perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun,
di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat,
dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
3. Masa
akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya
dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun
perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga
diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini
berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan
remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan
fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4. Periode
remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan
yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan
mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu
idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa
mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan
mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya.
Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase
ini.Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilalui
adalah mampu berpikir secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki
pertimbangan yang lebih matang dalam menyelasaikan masalah. Mereka harus mampu
mengembangkan standar moral dan kognitif yang dapat dijadikan sebagai petunjuk
dan menjamin konsistensi dalam membuat keputusan dan bertindak. Oleh karena
itu, pada tahap ini cara berpikir konkrit yang ditunjukkan pada masa
kanak-kanak sudah ditinggalkan.
2.4 Contoh Studi Kasus
Kasus I
Seorang remaja putri menenggak obat serangga karena tidak
bisa melanjutkan sekolah ke SMP. Remaja 15 tahun itu meninggal pada Rabu
(10/4/2013) dini hari, setelah dirawat intensif selama 12 jam di RSUD Polewali
Mandar, Sulawesi Barat.Rina putus sekolah sejak setahun lalu karena orangtuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya. Dia beberapa kali memprotes dan mengamuk
karena tidak disekolahkan ke sekolah menengah seperti tiga kakaknya yang kini
duduk di bangku SMP dan SMA.Orangtua Rina, Hande dan Nasir, merasa tak bisa
berbuat banyak untuk memenuhi permintaan Rina. Warga Tondrolima, Kecamatan
Matakali, itu hanya berusaha sebisa mungkin menenangkan Rina ketika putri
mereka itu mengamuk.
Pada Selasa (9/4/2013), Rina kembali mengamuk dan memprotes orangtuanya yang menurut dia tidak adil karena tidak menyekolahkan dia. Seperti sebelum-sebelumnya, Rina mengancam minum racun serangga. Kedua orangtua Rina tidak menghiraukan ancaman itu. Hande malah pergi ke kebun dan meninggalkan Rina yang masih mengamuk.Kali ini Rina membuktikan ancamannya minum racun serangga jika orangtuanya tidak mendaftarkan dia ke sekolah seperti teman-teman SD-nya. Rina ditemukan dalam keadaan lemas oleh keluarganya. Mereka langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun, setelah 12 jam dirawat, dia mengembuskan napas terakhirnya pada dini hari tadi.
Pada Selasa (9/4/2013), Rina kembali mengamuk dan memprotes orangtuanya yang menurut dia tidak adil karena tidak menyekolahkan dia. Seperti sebelum-sebelumnya, Rina mengancam minum racun serangga. Kedua orangtua Rina tidak menghiraukan ancaman itu. Hande malah pergi ke kebun dan meninggalkan Rina yang masih mengamuk.Kali ini Rina membuktikan ancamannya minum racun serangga jika orangtuanya tidak mendaftarkan dia ke sekolah seperti teman-teman SD-nya. Rina ditemukan dalam keadaan lemas oleh keluarganya. Mereka langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun, setelah 12 jam dirawat, dia mengembuskan napas terakhirnya pada dini hari tadi.
Menurut keluarganya, Rina mengaku sering merasa malu dan
minder karena semua temannya bisa mengenyam pendidikan di sekolah umum. Dia pernah
didaftarkan di SMP terbuka. Namun, Rina merasa malu karena SMP terbuka itu
tidak seperti sekolah umum.Hande dan Nasir, yang menjadi petani kelapa sawit,
mengaku tidak mampu membiayai pendidikan semua anaknya. Mereka memutuskan Rina
tidak melanjutkan pendidikan agar kakak-kakaknya bisa menamatkan pendidikan.
Hande tidak menyangka putri keempat dari tujuh bersaudara
itu nekat mengakhiri hidup. “Saya bingung dan tidak bisa berbuat banyak.
Sebagai orangtua, tentu kami ingin semua anak kami bisa sukses dan
berpendidikan. Tapi, karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, ya jadinya
seperti ini,” ujar Hande, yang mengaku merasa sangat bersalah.Jenazah Rina kini
sudah dibawa pulang ke rumah keluarga di Dusun Tondrolima, Kecamatan Matakali,
Polewali Mandar. Rencananya dia akan dimakamkan siang ini.
Kasus II
Kesal kepada orang tuanya, membuat Angie (15), remaja
putri asal kecamatan Cluring Banyuwangi ini kabur dari rumah. Orang tuanya pun
kelimpungan. Kasus ini bahkan berimbas pada orang lain.Informasi menyebutkan,
ngie menghilang dari rumah orang tuanya Sabtu (28/1/12) sekitar pukul 14.00
WIB. Karena khawatir hal buruk menimpa anaknya, hal itu dilaporkan pihak
keluarga ke Polsek Cluring.
Kini, orang tua Angie dapat bernafas lega lagi. Karena
putrinya tersebut berhasil ditemukan oleh polisi. Angie didapati bersama Untung
(21), teman laki-lakinya di depan RSUD Genteng, Selasa (31/1/12).“Sekitar pukul
12.00 WIB tadi, Angie kita dapati bersama temannya berinisial UT,” jelas Kasi
Humas Polsek Cluring, Aiptu Eko Laksono, kepada detiksurabaya.com, di
kantornya. Selanjutnya baik Angie maupun Untung, langsung diamankan ke Polsek
Cluring.
2.5 ANALISIS MASALAH
Kasus I dan II merupakan salah satu contoh masalah yang
menghambat perkembangan kognitif pada remaja. Pada kedua kasus ini, remaja
tidak dapat memilih alternatif penyelesaian masalah sekolah dan keluarganya
secara tepat. Remaja seharusnya menyelesaikan masalah dengan memikirkan dulu
secara teoritis, menganalisa masalahnya dengan mengembangkan penyelesaian
memulai berbagai hipotesis yang mungkin ada. Namun dalam keadaan ini, remaja
tidak menggunakan kemampuan kognitifnya tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Ketidaktepatan pengambilan alternatif penyelesaian pada
kasus I dan II menyebabkan akibat yang sangat buruk. Pada kasus I, akibat yang
ditimbulkan yaitu hilangnya nyawa remaja. Sedangkan akibat yang ditimbulkan
pada kasus II adalah hilangnya rasa hormat dan menghargai orangtua pada diri
remaja. Untuk menghindari akibat negatif ini maka harus ada solusi yang tepat
atas masalah seperti kasus I dan II. Berikut ini analisis dari kedua kasus di
atas:
Faktor Penyebab
Kedua kasus
tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab atau faktor yang mempengaruhi,
yaitu:
1. Kurang tepatnya pola asuh orang tua.
Pola asuh orang tua yang cenderung memperlakukan remaja
sebagai anak-anak, sehingga remaja tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi
tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Orang tua terlalu
memanjakan remaja, sehingga apabila keinginannya ada yang tidak terpenuhi, maka
remaja tersebut akan marah. Perealisasian rasa marah ini berkaitan erat dengan
emosional dan kognitif remaja. Apabila remaja lebih memilih emosinya daripada
kognitifnya untuk menyelesaikan masalahnya, maka alternatif yang buruklah yang
akan diambilnya.
2. Kurangnya pengalaman yang dimiliki remaja
Pengalaman sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif
remaja. Semakin banyaknya pengalaman yang pernah dialami remaja, maka semakin
baik pula kemampuan kognitifnya. Dan sebaliknya sedikitnya pengalaman remaja
akan menyebabkan kemampuan kognitif remaja lebih rendah. Hal itu karena, remaja
memilih alternatif penyelesaian masalahnya berdasarkan kumpulan
pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu, remaja yang memiliki sedikit pengalaman
akan mempunyai sedikit alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Mereka lebih mengutamakan kemampuan operasional konkret daripada operasional
formal. Yaitu mereka menyelesiakan masalah tanpa adanya bahan yang kongkrit.
3. Kurangnya peran sekolah dalam membentuk
kepribadian remaja
Sekolah merupakan rumah kedua setelah rumah orang tua.
Dimana remaja diajarkan ilmu, norma, dan nilai-nilai. Rendahnya kemampuan
kognitif remaja dapat disebabkan oleh sekolah yang kurang merangsang
perkembangan kognitif remaja. Remaja kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi
dengan orang-orang yang lebih berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Selain itu, remaja juga kurang mendapat kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan opnininya. Kurangnya kebutuhan terhadap faktor inilah
yang dapat menghambat perkembangan kognitif remaja.
2.6 Solusi Penyelesaian Kasus
Solusi yang
dapat diterapkan untuk menyelsaikan kasus I dan II di atas, yaitu sebagai
berikut:
1. Melatih kemandirian remaja
Remaja harus membiasakan diri bersikap mandiri. Orang tua
juga tidak boleh memperlakukan remaja seperti anak-anak.Pada tahap perkembangan
ini, orang tua tidak lagi sebagai pemberi asuhan dan perlindungan. Namun, orang
tua berperan untuk mendukung, membimbing, dan memberikan pengarahan. Sehingga
kognitif remaja dapat berkembang dengan baik.
2. Membekali remaja dengan pengalaman-pengalaman
Kognitif remaja juga dapat berkembang dengan memperbanyak
pengalaman. Pengalaman dapat didapat dengan cara aktif dalam kegiatan-kegiatan
yang positif dan mengambil pelajaran dari lingkungan sekitar. Semakin banyak
pengalaman remaja, maka semakin baik kemampuan remaja dalam menyelesaikan
masalah.
3. Melakukan metode pembelajaran yang
mengaktifkan remaja untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran seperti ini dapat diajarkan di sekolah,
yaitu dengan menggunkan metode pengajaran berbasis problem solving. Guru memberikan beberapa contoh permasalahan
kepada siswa. Kemudian masalah tersebut harus dianalisis dan diselesaikan oleh
siswanya. Dengan dibiasakannya pembelajaran sperti ini, maka kemampuan kognitif
remaja dapat meningkat.
4. Banyak membaca buku
Buku adalah sumber informasi. Dengan membiasakan remaja
membaca buku, maka pengetahuan yang didapat remaja akan semakin banyak. Dari
sinilah remaja dapat belajar cara-cara untuk meningkatkan kemampaun
kognitifnya.
5. Belajar berorganisasi
Melalui organisasi, remaja akan belajar mengenai
manajemen kondisi dan masalah. Selain itu, remaja juga dapat belajar bekerja
sama dengan sesama anggota organisasi. Ini adalah cara yang efektif untuk
merangsang kemampuan kognitif karena manajemen organisasi sangat berkaitan
dengan manajemen diri.
6. Berkonsultasi atas masalah yang dihadapi
Adakalanya seorang remaja berada dalam kondisi tidak bisa
mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya. Bila hal ini terjadi, maka
remaja harus mengkonsultasikan permasalahan tersebut kepada orang yang
dipercayainya, seperti orang tua, teman, atau guru. Dengan berkonsultasi,
remaja dapat merasakan beban yang dtanggungnya berkurang. Selain itu, remaja
juga bisa memperoleh saran-saran dan alternatif penyelesaian masalah.
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju
dewasa. Pada tahap ini, remaja mempunyai banyak tugas perkembangan yang harus
dilaksanakannya. Namun, terkadang ada beberapa masalah yang dapat menghambat
tugas perkembangan tersebut. Salah satu masalah itu adalah masalah yang
berkaitan dengan perkembangan kognitif remaja.
Pada tahap ini, perkembangan kognitif remaja berada dalam
tahapan operasional formal. Yaitu remaja dapa berpikir secara abstrak, menalar
secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Namun,
sebagian remaja masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu
operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana
dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Contohnya
yaitu, remaja yang tidak tepat dalam mengambil alternatif penyelesaian masalah.
Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
1.
Kurang
tepatnya pola asuh orang tua.
2.
Kurangnya pengalaman yang dimiliki remaja.
3.
Kurangnya
peran sekolah dalam membentuk kepribadian remaja.
Adapun solusi
atas masalah di atas, yaitu diantaranya:
1.
Melatih
kemandirian remaja.
2.
Membekali
remaja dengan pengalaman-pengalaman.
3.
Melakukan metode pembelajaran yang
mengaktifkan remaja untuk memecahkan masalah.
4.
Banyak
membaca buku.
5.
Belajar
berorganisasi.
6.
Berkonsultasi
atas masalah yang dihadapi kepada orang yang ahli dan dapat di percaya.
3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi
Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan”. Jakarta. Penerbit Erlangga
Komentar
Posting Komentar