MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA

           MAKALAH REMAJA DAN PERMASALAHANNYA


Nama : yudha adityawarman
Kelas : 1ia12
NPM: 56417320



KATA PENGANTAR


Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber saya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua situs yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
  
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang pemuda dan permasalahannya dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


                                                                                Jakarta,  24  November  2017

  DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Metode Penulisan
BAB II : ISI                                                                              
2.1 Definisi Remaja menurut para ahli
2.2 Karakteristik Remaja
2.3 Fase Pertumbuhan Remaja
2.4 Studi Kasus
2.5 Analisis Masalah
2.6 Solusi Penyelesaian Kasus
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

                Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia yang sering digambarkan dengan masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan tantangan (Kartini Kartono, 1992). Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa (Hurlock, 1993), karena pada fase ini remaja secara fisik telah mengalami perkembangan sebagaimana layaknya orang dewasa. Dan perkembangan fisik ini selanjutnya mengarahkan remaja kepada pembentukan dan pencarian identitas dirinya (Santrock, 1995).Perkembangan fisik membuat remaja merasa dirinya telah dewasa dan harus mendapat peran yang sama sebagaimana orang dewasa dalam membuat keputusan, menentukan kegiatan, menentukan tempat sekolah dan lain sebagainya. Sementara di sisi lain perkembangan fisik yang telah matang pada remaja tersebut tidak diikuti dengan kematangan emosi, kognitif dan ranah psikologis yang lain. Sehingga para orang dewasa masih menganggap mereka sebagai anak-anak yang membutuhkan pengasuhan bukan dukungan, yang membutuhkan perlindungan bukan bimbingan dan membutuhkan sosialisasi bukan pengarahan.
Kekaburan peran ini menjadikan masa remaja menjadi masa yang penuh dengan goncangan, masa peralihan dan masa pencarian identitas (Hurlock, 1993; Darajad, 1970; Bisri, 1995; Monks, 2002). Hal ini juga identik dengan kata ’pemberontakan’. Dalam masalah psikologi hal itu disebut masa storm and stresskarena banyaknya goncangan-goncangan dan perubahan-perubahan yang cukup radikal dari masa sebelumnya (Kartini Kartono, 1992).Dalam menjalani tahap perkembangan ini, remaja harus melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan remaja dapat terhambat apabila goncangan dan perubahan ini tidak dihadapi dengan baik. Walaupun remaja sudah mulai mempersiapkan dirinya untuk mandiri, namun tetap diperlukan bimbingan dan pengarahan agar tugas perkembangannya dapat dilaksanakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan masalah-masalah yang dapat menghambat tugas perkembangan remaja. Diantaranya berupa masalah fisik, sosial, moral, ekonomi, dan kognitif. Contohnya: pelajar yang terlibat dalam tawuran atau remaja yang membolos sekolah untuk bermain dengan temannya. Semua masalah ini harus dicarikan solusi dan diperlukan bimbingan bagi remaja.Remaja adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan emosional serta psikososial. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi kehidupan pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ketidak siapan remaja dalam menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang seperti : kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyaki menular seksual (PMS) dan HIV / AIDS, kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi dan sebagainya.
Untuk mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara sehat dan bertanggung jawab maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi tentang kesehatan reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi informasi global yang dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri dan berkualitas.

1.2  Rumusan Masalah
  Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
a.      Apa saja definisi Remaja menurut para ahli ?
b.      Apa saja Karakteristik remaja ?
c.      ApaSaja Fase Pertumbuhan Remaja ?
d.      Membahas Studi kasus remaja dan permasalahannya

1.3  Tujuan Penulisan
1.       Rangkuman dari sisi kehidupan remaja dan permasalahannya yang tersusun dalam bentuk sebuah makalah.
  1. Mengidentifikasi masalah kognitif yang menghambat tugas perkembangan remaja.
  2. Mengidentifikasi solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah kognitif yang timbul dalam tahap perkembangan remaja.
  3. Membantu remaja melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik dan memberikan penyelesaian efektif terhadap masalah kognitif yang dihadapi remaja.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini. Dengan menyebutkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Remaja menurut para ahli
            Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
            Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir.  Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:  192).Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
2.2     Karakteristik Remaja
            Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
  1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94)
2.      Transisi Kognitif

Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan.Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Jean Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget merupakan periode terakhir dan tertinggi. Jean Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (Papalia & Olds, 2001).
Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Keating (Kimmel,1990) berpendapat ada 5 karakteristik cara berfikir yang membedakan dengan stadium sebelumnya yaitu:
  1. Mampu berfikir tentang kemungkinan kemungkinan baik yang telah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi.
  2. Berfikir dengan hipotesis.
  3. Befikir jauh ke depan, membuat rencana kedepan, dan merencanakan strategis yang tepat.
  4. Metakognisi, adalah suatu proses berfikir tetntang berfikir, mereka mampu mengukur kemampuan diri, pengetahuan, tujuan, serta langkah langkah untuk mancapainya, dangan kata lian meraka mampu merancanakan, membuat suatu keputusan dan mengambil strategi atau alternatif pemecahan masalah.
  5. Berfikir tanpa batas dan bersifat abstrak, misalnya tentang politik, agama atau keyakinan, moral hubungan antar manusia.
Dengan kemampuan-kemampuan tersebut maka remaja semakin yakin akan kemampuannya dalam mengambil keputusannya sendiri dan tidak lagi terlalu tergantung kepada orang lain (Murniati & Beatrix, 2000). Remaja dapat mandiri dalam melaksanakan tugas dan perannya dalam masayarakat. Selain itu, perkembangan kognitif remaja juga dapat dilihat dari partisipasinya dalam bidang politik, ekonomi, dan pendidikan.Dalam menjalani tahap perkembangan kognitif ini, remaja sering mengalami banyak hambatan atau masalah. Sehingga tugas perkembangannya tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hambatan tersebut diantaranya konflik yang timbul antara remaja dengan sekolah, orang tua, maupun lingkungan. Selain itu, masih sangat banyak remaja yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.

3.   Transisi Sosial

Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139).

2.3 Fase Pertumbuhan Remaja

1.  Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
            Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.

2.      Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
3.      Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
4.      Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.Salah satu tugas perkembangan remaja yang harus dilalui adalah mampu berpikir secara lebih dewasa dan rasional, serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam menyelasaikan masalah. Mereka harus mampu mengembangkan standar moral dan kognitif yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dan menjamin konsistensi dalam membuat keputusan dan bertindak. Oleh karena itu, pada tahap ini cara berpikir konkrit yang ditunjukkan pada masa kanak-kanak sudah ditinggalkan.


2.4 Contoh Studi Kasus

 Kasus I
Seorang remaja putri menenggak obat serangga karena tidak bisa melanjutkan sekolah ke SMP. Remaja 15 tahun itu meninggal pada Rabu (10/4/2013) dini hari, setelah dirawat intensif selama 12 jam di RSUD Polewali Mandar, Sulawesi Barat.Rina putus sekolah sejak setahun lalu karena orangtuanya tidak mampu membiayai pendidikannya. Dia beberapa kali memprotes dan mengamuk karena tidak disekolahkan ke sekolah menengah seperti tiga kakaknya yang kini duduk di bangku SMP dan SMA.Orangtua Rina, Hande dan Nasir, merasa tak bisa berbuat banyak untuk memenuhi permintaan Rina. Warga Tondrolima, Kecamatan Matakali, itu hanya berusaha sebisa mungkin menenangkan Rina ketika putri mereka itu mengamuk.
Pada Selasa (9/4/2013), Rina kembali mengamuk dan memprotes orangtuanya yang menurut dia tidak adil karena tidak menyekolahkan dia. Seperti sebelum-sebelumnya, Rina mengancam minum racun serangga. Kedua orangtua Rina tidak menghiraukan ancaman itu. Hande malah pergi ke kebun dan meninggalkan Rina yang masih mengamuk.Kali ini Rina membuktikan ancamannya minum racun serangga jika orangtuanya tidak mendaftarkan dia ke sekolah seperti teman-teman SD-nya. Rina ditemukan dalam keadaan lemas oleh keluarganya. Mereka langsung melarikannya ke rumah sakit. Namun, setelah 12 jam dirawat, dia mengembuskan napas terakhirnya pada dini hari tadi.
Menurut keluarganya, Rina mengaku sering merasa malu dan minder karena semua temannya bisa mengenyam pendidikan di sekolah umum. Dia pernah didaftarkan di SMP terbuka. Namun, Rina merasa malu karena SMP terbuka itu tidak seperti sekolah umum.Hande dan Nasir, yang menjadi petani kelapa sawit, mengaku tidak mampu membiayai pendidikan semua anaknya. Mereka memutuskan Rina tidak melanjutkan pendidikan agar kakak-kakaknya bisa menamatkan pendidikan.
Hande tidak menyangka putri keempat dari tujuh bersaudara itu nekat mengakhiri hidup. “Saya bingung dan tidak bisa berbuat banyak. Sebagai orangtua, tentu kami ingin semua anak kami bisa sukses dan berpendidikan. Tapi, karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan, ya jadinya seperti ini,” ujar Hande, yang mengaku merasa sangat bersalah.Jenazah Rina kini sudah dibawa pulang ke rumah keluarga di Dusun Tondrolima, Kecamatan Matakali, Polewali Mandar. Rencananya dia akan dimakamkan siang ini.
Kasus II
Kesal kepada orang tuanya, membuat Angie (15), remaja putri asal kecamatan Cluring Banyuwangi ini kabur dari rumah. Orang tuanya pun kelimpungan. Kasus ini bahkan berimbas pada orang lain.Informasi menyebutkan, ngie menghilang dari rumah orang tuanya Sabtu (28/1/12) sekitar pukul 14.00 WIB. Karena khawatir hal buruk menimpa anaknya, hal itu dilaporkan pihak keluarga ke Polsek Cluring.
Kini, orang tua Angie dapat bernafas lega lagi. Karena putrinya tersebut berhasil ditemukan oleh polisi. Angie didapati bersama Untung (21), teman laki-lakinya di depan RSUD Genteng, Selasa (31/1/12).“Sekitar pukul 12.00 WIB tadi, Angie kita dapati bersama temannya berinisial UT,” jelas Kasi Humas Polsek Cluring, Aiptu Eko Laksono, kepada detiksurabaya.com, di kantornya. Selanjutnya baik Angie maupun Untung, langsung diamankan ke Polsek Cluring.
2.5 ANALISIS MASALAH
Kasus I dan II merupakan salah satu contoh masalah yang menghambat perkembangan kognitif pada remaja. Pada kedua kasus ini, remaja tidak dapat memilih alternatif penyelesaian masalah sekolah dan keluarganya secara tepat. Remaja seharusnya menyelesaikan masalah dengan memikirkan dulu secara teoritis, menganalisa masalahnya dengan mengembangkan penyelesaian memulai berbagai hipotesis yang mungkin ada. Namun dalam keadaan ini, remaja tidak menggunakan kemampuan kognitifnya tersebut dalam menyelesaikan masalah.
Ketidaktepatan pengambilan alternatif penyelesaian pada kasus I dan II menyebabkan akibat yang sangat buruk. Pada kasus I, akibat yang ditimbulkan yaitu hilangnya nyawa remaja. Sedangkan akibat yang ditimbulkan pada kasus II adalah hilangnya rasa hormat dan menghargai orangtua pada diri remaja. Untuk menghindari akibat negatif ini maka harus ada solusi yang tepat atas masalah seperti kasus I dan II. Berikut ini analisis dari kedua kasus di atas:
Faktor Penyebab
 Kedua kasus tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab atau faktor yang mempengaruhi, yaitu:
1.    Kurang tepatnya pola asuh orang tua.
Pola asuh orang tua yang cenderung memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga remaja tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Orang tua terlalu memanjakan remaja, sehingga apabila keinginannya ada yang tidak terpenuhi, maka remaja tersebut akan marah. Perealisasian rasa marah ini berkaitan erat dengan emosional dan kognitif remaja. Apabila remaja lebih memilih emosinya daripada kognitifnya untuk menyelesaikan masalahnya, maka alternatif yang buruklah yang akan diambilnya.
2.    Kurangnya pengalaman yang dimiliki remaja
Pengalaman sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif remaja. Semakin banyaknya pengalaman yang pernah dialami remaja, maka semakin baik pula kemampuan kognitifnya. Dan sebaliknya sedikitnya pengalaman remaja akan menyebabkan kemampuan kognitif remaja lebih rendah. Hal itu karena, remaja memilih alternatif penyelesaian masalahnya berdasarkan kumpulan pengalaman-pengalaman. Oleh karena itu, remaja yang memiliki sedikit pengalaman akan mempunyai sedikit alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Mereka lebih mengutamakan kemampuan operasional konkret daripada operasional formal. Yaitu mereka menyelesiakan masalah tanpa adanya bahan yang kongkrit.
3.    Kurangnya peran sekolah dalam membentuk kepribadian remaja
Sekolah merupakan rumah kedua setelah rumah orang tua. Dimana remaja diajarkan ilmu, norma, dan nilai-nilai. Rendahnya kemampuan kognitif remaja dapat disebabkan oleh sekolah yang kurang merangsang perkembangan kognitif remaja. Remaja kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih berpengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Selain itu, remaja juga kurang mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan opnininya. Kurangnya kebutuhan terhadap faktor inilah yang dapat menghambat perkembangan kognitif remaja.
2.6 Solusi Penyelesaian Kasus
Solusi yang dapat diterapkan untuk menyelsaikan kasus I dan II di atas, yaitu sebagai berikut:
1.    Melatih kemandirian remaja
Remaja harus membiasakan diri bersikap mandiri. Orang tua juga tidak boleh memperlakukan remaja seperti anak-anak.Pada tahap perkembangan ini, orang tua tidak lagi sebagai pemberi asuhan dan perlindungan. Namun, orang tua berperan untuk mendukung, membimbing, dan memberikan pengarahan. Sehingga kognitif remaja dapat berkembang dengan baik.
2.    Membekali remaja dengan pengalaman-pengalaman
Kognitif remaja juga dapat berkembang dengan memperbanyak pengalaman. Pengalaman dapat didapat dengan cara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang positif dan mengambil pelajaran dari lingkungan sekitar. Semakin banyak pengalaman remaja, maka semakin baik kemampuan remaja dalam menyelesaikan masalah.
3.    Melakukan metode pembelajaran yang mengaktifkan remaja untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran seperti ini dapat diajarkan di sekolah, yaitu dengan menggunkan metode pengajaran berbasis problem solving. Guru memberikan beberapa contoh permasalahan kepada siswa. Kemudian masalah tersebut harus dianalisis dan diselesaikan oleh siswanya. Dengan dibiasakannya pembelajaran sperti ini, maka kemampuan kognitif remaja dapat meningkat.
4.    Banyak membaca buku
Buku adalah sumber informasi. Dengan membiasakan remaja membaca buku, maka pengetahuan yang didapat remaja akan semakin banyak. Dari sinilah remaja dapat belajar cara-cara untuk meningkatkan kemampaun kognitifnya.
5.    Belajar berorganisasi
Melalui organisasi, remaja akan belajar mengenai manajemen kondisi dan masalah. Selain itu, remaja juga dapat belajar bekerja sama dengan sesama anggota organisasi. Ini adalah cara yang efektif untuk merangsang kemampuan kognitif karena manajemen organisasi sangat berkaitan dengan manajemen diri.
6.    Berkonsultasi atas masalah yang dihadapi
Adakalanya seorang remaja berada dalam kondisi tidak bisa mengambil keputusan atas masalah yang dihadapinya. Bila hal ini terjadi, maka remaja harus mengkonsultasikan permasalahan tersebut kepada orang yang dipercayainya, seperti orang tua, teman, atau guru. Dengan berkonsultasi, remaja dapat merasakan beban yang dtanggungnya berkurang. Selain itu, remaja juga bisa memperoleh saran-saran dan alternatif penyelesaian masalah.
III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, remaja mempunyai banyak tugas perkembangan yang harus dilaksanakannya. Namun, terkadang ada beberapa masalah yang dapat menghambat tugas perkembangan tersebut. Salah satu masalah itu adalah masalah yang berkaitan dengan perkembangan kognitif remaja.
Pada tahap ini, perkembangan kognitif remaja berada dalam tahapan operasional formal. Yaitu remaja dapa berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Namun, sebagian remaja masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.

Contohnya yaitu, remaja yang tidak tepat dalam mengambil alternatif penyelesaian masalah. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
1.       Kurang tepatnya pola asuh orang tua.
2.        Kurangnya pengalaman yang dimiliki remaja.
3.       Kurangnya peran sekolah dalam membentuk kepribadian remaja.
Adapun solusi atas masalah di atas, yaitu diantaranya:
1.       Melatih kemandirian remaja.
2.       Membekali remaja dengan pengalaman-pengalaman.
3.        Melakukan metode pembelajaran yang mengaktifkan remaja untuk memecahkan masalah.
4.       Banyak membaca buku.
5.       Belajar berorganisasi.
6.       Berkonsultasi atas masalah yang dihadapi kepada orang yang ahli dan dapat di percaya.


3.2 DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan  Sepanjang Rentang Kehidupan”. Jakarta. Penerbit Erlangga

Komentar