Makalah prasangka diskriminasi dan entosentrisme sebagai penghambat pemabangunan di indonesia

Makalah prasangka diskriminasi dan entosentrisme sebagai penghambat pembangunan di indonesia



NAMA : YUDHA ADITYAWARMAN
KELAS : 1IA12
NPM : 56417320



KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber saya sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua situs yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
  
Terlepas dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang pengaruh perkembangan internet terhadap perilaku remaja ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.


                                                            Jakarta,2 januari 2018


                                                                          Yudha Adityawarman   









DAFTAR ISI
Kata Pengantar 
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 
1.2 Rumusan Masalah 
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan

Bab II Pembahasan
2.1 Prasangka  
2.2 Diskriminasi 
2.3 Etnosentrisme 

Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan 
3.2 Daftar Pustaka 



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku  bangsa,adat istiadat, bahasa daerah,serta agama yang berbeda beda. Keanekaragaman tersebut terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebiasaan hidup yang berbeda beda. Kebiasaan hidup itu menjadi budaya serta ciri khas suku bangsa tertentu.Keragaman tersebut di satu sisi, kita mengakuinya sebagai khazanah  budaya yang bernilai tinggi. Akan tetapi di sisi lain,ketika dua karakter sosial dan budaya  bertemu, membuat mereka benar-benar menjadi dua suku berbeda, seperti air dan minyak, Banyak pihak juga yang menilai bahwa masyarakat Indonesia saat ini merupakan masyarakat yang senang menduga-duga atau berprasangka.Penilaian itu tentu bukan tanpa dasar.Saat ini masyarakat Indonesia memiliki kecurigaan yang akut terhadap segala sesuatu yang berbeda atau dikenal dengan istilah heterophobia. Segala sesuatu yang baru dan berbeda dari umumnya orang akan ditanggapi dengan penuh kecurigaan termasuk antar suku atau etnis. Kehadiran anggota kelompok yang berbeda apalagi berlawanan akan dicurigai membawa misi-misiyang mengancam. Ada juda yang diskriminatif, dan etnosentrisme.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dmaksud dengan perbedaan?
2.      Apa yang dimaksud dengan diskriminasi?
3.      Apa yang dimaksud dengan etnosentrisme?

1.3 Tujuan Penulisan
Untuk menetahui pengertian dari perbedaan, diskriminasi, dan etnosetrisme. Untuk mengetahui perbedaan, diskriminasi, dan etnosentrisme di dunia.
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode pustaka yaitu penulis menggunakan media pustaka dalam penyusunan makalah ini. Dengan menyebutkan berbagai sumber untuk penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1   Prasangka
Prasangka adalah sikap negatif terhadap anggota dari kelompok sosial tertentu semata mata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Hal ini sifatnya dapat dipicu secara otomatis dan dapat pula secara implisit maupun eksplisit.Prasangka seperti halnya hal lain mempengaruhi cara kita memproses informasi sosial,keyakinan kita terhadap anggota kelompok dan perasaan kita terhadap mereka.Prasangka tetap ada karena kelompok yang tidak kita sukai dapat meningkatkan self-esteem  kita dan karena stereotip dapat menghemat usaha kognitif kita.
Prasangka berakar dari beberapa sumber yang berbeda.salah satunya adalah konflik langsung antar kelompok-situasi dimana kelompok sosial yang bersaing untuk memeperoleh sumber daya yang terbatas. Akar yang kedua adalah pengalaman awal dan proses pembelajaran sosial yang terlibat di dalamnya. Prasangka juga bersal dari kecenderungan kita untuk membagi dunia menjadi "kita" dan " mereka " dan memandang kelompok kita sendiri sebagai kelompok yang lebih baik daripada berbagai out-group lainnya.

Beberapa ahli meninjau pengertian prasangka sosial dari berbagai sudut :
            Prasangka adalah sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi ataua generalisasi yang tidak luwes yang diekspresikan lewat perasaan. Prasangka merupakan sikap negatif atas suatu kelompok tertentu dengan tanpa alasan dan pengetahuan atas seseuatu sebelumnya. Prasangka ini juga terkadang digunakan untk mengevaluasi sesuatu tanpa adanya argument atau informasi yang masuk. Efeknya adalah menjadikan orang lain sebagai sasaran, misalnya mengkambinghitamkan sasaran melalui streotip, diskriminasi, dan penciptaan jarak sosial (Bennet da Janet, 1996).
Menurut Johnson (1986:356) prasangka yang didasari pada rasisme dan etnisitas erat dengan keberhasilan komunikasi sesama manusia. Prasangka, yang menurut terdiri dari tiga faktor utama, yaitu: (1) stereotip; (2) jarak sosial; dan (3) diskriminasi itu berhubungan dengan efektivitas komunikasi; yang oleh Devito (1978:261) sangat tergantung dari faktor-faktor; (1) keterbukaan; (2) empati; (3) perasaan postif; (4) dukungan; dan (5) keseimbangan.

Liliweri (2005) menjelaskan pengertian prasagka telah mengalami transformasi. Pada mulanya prasangka merupakan pernyataan yang hanya didasarkan pada pengalaman dan keputusan yang tidak teruji terlebih dahulu. Pernyataan ini bergerak pada suatu skala suka tidak suka, mendukung tidak mendukung terhadap sifat-sifat tertentu. Pengertian prasangka kini mengarah pada pandangan emosional dan bersifat negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang tetentu.

            Dalam istilah psikologi sosial, prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan manusia tertentu, golongan ras, ataukebudayaan yang berlainan dengan elompoknya. Prasangka sosial terdiri atas attitude-attitude sosial yang bersifat negatif terhadap golongan lain. Prasangka sosial mempengaruhi tingkah laku orang terhadap golonga manusia lain itu. Prasangka sosial lambat laun memunculkan sikap diskriminatif tanpa alasan objektif. (Gerungan, 1996:167).

            Istilah prasangka (prejudice) berasal dari kata latin prejudicium yang berarti suatu preseden, atau suatu penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman terdahulu. Prasangka pada dasarnya cara pandang atau perilaku seseorang terhadap orang lain secara negatif. Itu sebabnya, prasangka sangat potensial menimbulkan kesalahpahaman ketimbang kesepahaman dalam berkomunikasi (Liliweri 2005).

            Mulyana (1990) menjelaskan prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi, oleh karena orang-orang yan mempunyai prasangka belum apa-apa sudah bersikap curiga dan menentang komunikator yang melakukan komunikasi. Dalam prasangka emosi memaksa kita menarik kesimpulan atas dasar syak wasangka tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang sebenarrnya. Andai seseorang sudah dihinggapi prasangka terhadap orang lain, maka apapun yang dilakukan orang itu akan dianggapnya negatif.

            Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial (social categorization). Kategori sosial adalah kecenderungan untuk membagi dunia sosial menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in group) dan “kelompok mereka” (out group). In group adalah kelompok sosial di mana individu merasa dirinya dimiliki atau memiliki (“kelompok kami”). Sedangkan out group adalah grup di luar grup sendiri (“kelompok mereka”).
            Prasangka sosial ini bergandengan pula dengan stereotipe. Istilah ini mengacu pada suatu gambaran  atau tanggapan tertentu  mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang golongan  lain  yang  bercorak  negatif.  Dalam  The  Blackweel  Encyclopedia of  Social Psychology (Manstead dan Hewstone, 1996)  stereotipe didefinisikan sebagai keyakinan- keyakinan tentang karakteristik seseorang (ciri kepribadian,  perilaku, nilai pribadi) yang diterima  sebagai  suatu  kebenaran  kelompok  sosial.  
 Contoh kasus
     Kesalahpahaman karena kurangnya pemahan dan pengenalan biasanya dapat menimbulkan penilaian-penilaian mengenai baik buruknya suatu kelompok yang belum tentu benar. Penilaian-penilaian tentang baik buruknya suatu kelompok yang belum tentu kebenarannya dan timbul diantara dua kelompok ini biasanya disebut Prasangka. Salah satu contohnya lagi yaitu prasangka etnis jawa terhadap etnis madura. Yang pernah saya ketahui dan saya lihat langsung dalam kehidupan sehari-hari saya, rupanya orang jawa sampai saat ini masih saja menganggap bahwa saat orang madura berbicara dengan notasi suara yang tinggi dianggap bahwa orang madura tersebut sedang marah, atau sukanya berbicara dengan membentak atau bahkan dianggap bahwa mereka (etnis madura) sangat kasar dalam berbicara. Padahal  hal ini belum tentu benar. Bisa jadi orang-orang madura memang memiliki notasi suara yang tinggi dalam berbicara namun bukan berarti mereka berbicara dengan kasar kepada orang lain. Dalam hal ini sangatlah jelas prasangka yang terjadi diantara dua kelompok ini (etnis jawa dan etnis madura)
  1. Sebab-Sebab Timbulnya Prasangka
Orang tidak dengan sendirinya berprasangka terhadap orang lain. Ada faktor-faktor tertentu yang menyebabkan seseorang berprasangka.
  1. Orang berprasangka dalam rangka mencari kambing hitam.
  2. Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan didalam lingkungan atau kelompok untuk berprasangka.
  3. Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan menimbulkan perasaan superior.
  4. Prasangka timbul karena kesan yang menyakitkan atau pengalaman yang tak menyenangkan.

  1. Usaha-Usaha Menghilangkan atau Mengurangi Prasangka
Prasangka
  1. Usaha Preventif : berupa suatu usaha yang ,mencegah agar orang atau kelompok tidak terkena prasangka. Menciptakan suasana yang tenteram, damai, dan jauh dari rasa terkena prasangka. Menanamkan sejak kecil perasaan menerima orang lain meskipun ada perbedaan. Perbedaan bukan berarti pertentangan atau permusuhan. Memperpendek jarak sosial. Sehingga tidak timbul prasangka.
  2. Usaha Kuratif : berupa usaha menyembuhkan orang yang sudah terkena prasangka, berupa usaha menyadarkan. Prasangak adalah hal yang merugikan dan tidak ada yang bersifat positif bagi kehidupan bersama. Usaha-usaha ini dapat dilakukan oleh media masa terutama Koran, tv, radio, dan lain-lain, serta dapat dilakukan oleh para pendidik, orangtua, tokoh-tokoh masyarakat, dan seba

2.2       Diskriminasi
            Diskriminasi ialah perlakuan pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik yang lain.
Menurut PBB, diskriminasi diartikan sebagai “diskriminasi mencakup perilaku apa saja, yang berdasarkan perbedaan yang dibuat berdasarkan alamiah atau pengkategorian masyarakat, yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan individu atau jasanya”.
Diskriminasi dapat dilakukan oleh siapa saja kepada siapapun juga.Sedangkan Theodorson & Theodorson (1979:115-116) mengartikan diskriminasi sebagai “…adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial”. 
Pengertian kedua definisi tersebut tidak jauh berbeda. Bahwa di sana ada membedakan tindakan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Definisi tersebut juga menyiratkan bahwa diskriminasi bukanlah monopoli kaum dominan dan mayoritas terhadap kaum subordinat dan minoritas. Diskriminasi dapat dilakukan oleh siapa saja kepada siapapun juga.
Sedangkan menurut pasal 1 ayat (3) UU tersebut menyatakan bahwa diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tidak langsung didasarkan perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan keyakinan politik, yang berakibat pengangguran, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan yang lain.

 Penyebab timbulnya Diskriminasi
·         Diskriminasi timbul akibat dari latar belakang sejarah.
·         Diskriminasi timbul akibat Perkembangan sosio-kultural dan situasional.
·         Diskriminasi bersumber dari factor kepribadian.
·         Diskriminasi timbul akibat perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama.
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan diskriminasi
·         Perbaikan kondisi social ekonomi.
·         Perluasan kesempatan belajar.
·         Sikap terbuka dan sikap lapang.

Contoh Kasus Diskriminasi
Contoh kasus Meski Indonesia telah 68 tahun merdeka dan era reformasi telah terlewati tetapi tetap saja masih ada kesus-kasus diskriminasi terjadi. Diskirminasi atau kekerasan yang terjadi dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti agama, suku atau ras, jender, tingkat sosial dalam masyarakat, dan lain-lain. Dari banyaknya kasus diskriminasi yang terjadi, dsikriminasi yang paling sering terjadi yaitu dengan latar belakang agama seperti kasus diskriminasi di Ambon, Maluku.
Konflik Maluku menjadi kasus diskriminasi yang berlatar belakang agama dengan korban meninggal 8.000 sampai 9000 orang. 29.00 rumah, 45 masjid, 47 gereja, 719 toko, 38 gedung kebakaran. Kasus ini berlangsung selama 4 tahun berturut-turut. Selain Maluku, kasus diskriminasi di Sampit juga tak kalah luar biasa. Diskriminasi di Samipit ini dilatarbelakangi oleh kasus etnis. Yaitu antara etnis Dayak dan Madura dengan rentan waktu 10 hari. Jumlah koban meninggal 469 orang meninggal dunia dan 108.000 mengungsi. Kasus kekerasan di Lampung Selatan telah menimbulkan 14 orang meninggal dunia dan 1.700 mengungsi.Selain diskriminasi dalam agama, kekerasan dan etnis.
 Kasus diskriminasi juga sering terjadi pada layanan kesehatan. Banyak warga miskin yang tidak bisa mendapatkan layanan kesehatan karena kekurangan biaya walau sesungguhnya mereka telah mempunyai kartu Jamkesda. Banyak alasan yang dikeluarkan oleh rumah sakit untuk menolak pasien kurang mampu. Tak sedikit pasien yang akhirnya meregang nyawa karena pihak rumah sakit tak mau menerima dan memberikan pemeriksaan kepada pasien kurang mampu. Contoh kasus penolakan terhadap pasien kurang mampu terjadi pada seorang bayi bernama Naila berusia 2 bulan, anak dari pasangan Mustari dan Nursia, warga Dusun Patommo, Desa Kaliang Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, yang meninggal dipangkuan ibunya setelah ditolak oleh Rumah Sakit dengan alasan kurang lengkapnya berkas keterangan sebagai warga miskin. Kasus ini terjadi pada hari Kamis tanggal 31 Oktober 2013.
2.3.      Etnosentrisme.
 Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan gelaja sosial yang bersifat universal dan secara tidak sadar telah kita lakukan. Dengan demikian etosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menilai atau membandingkan budaya yang satu dan yang lainnya. Etnosentrisme merupakan bisa dibilang dasar ideologi dari chauvinisme pada saat era seorang Hittler karena menganggap bangsanya ( Jerman ) merupakan bangsa yang paling kuat, tangguh dan berkuasa.
Baik sifat diskriminasi dan etnosentrisme bisa dibilang merupakan bagian dari masalah masalah sosial yang sebaiknya kita hindari karena dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa kita.
Etnosentrisme memiliki 2 tipe :
1.      Etnosentrisme Fleksibel
             Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
2.      Etnosentrisme Infleksibel
            Etnosentrisme ini dicirikan dengan ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
Contoh Etnosentrisme di Indonesia :
Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi. Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan  konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial.
Contoh yang lain adalah kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan.
Sebagai contoh di Papua. Seperti yang diberitakan Kompas Juli 2002, ada 312 suku yang menghuni Papua. Suku-suku ini merupakan penjabaran dari suku-suku asli yaitu Dani, Mee, Paniai, Amungme, Kamoro, biak, Ansus, Waropen, Bauzi, Asmat, Sentani, Nafri, Meyakh, Amaru, dan Iha. Setiap suku memiliki bahasa daerah (bahasa ibu) yang berbeda. Sehingga saat ini tedapat 312 bahasa di sana.

            Tempat-tempat pemukiman suku-suku di Papua terbagi secara tradisional dengan corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya sendiri. Suku-suku yang mendiami pantai, gunung, dan hutan memiliki karakteristik kebudayaan dan kebiasaan berbeda.. Hal ini pula berimbas pada nilai, norma, ukuran, agama, dan cara hidup yang beranekaragam pula.

            Keanekaragaman ini sering memicu konflik antarsuku. Misalnya yang terjadi pada tahun 2001, dimana terdapat perang adat antara suku Asmat dan Dani. Masing-masing-masing-masing suku merasa sukunyalah yang paling benar dan harus dihormati. Perang adat berlangsung bertahun-tahun. Karena sebelum adanya salah satu pihak yang kalah atau semkain kuat danmelebihi pihak yang lain, maka perang pun tidak akan pernah berakhir.

Dampak Etnosentrisme
Dampak positif dan dampak negatif adanya Etnosentrisme diantaranya:
Dampak Positif Etnosentrisme
1.      Dapat mempertinggi semangat patriotisme
2.      Dapat menjaga keutuhan dan stabilitas kebudayaan
3.      Dapat memepertinggi rasa cinta terhadap bangsa sendiri.
Dampak Negatif Etnosentrisme
1.      Dapat menimbulkan konflik antar suku
2.      Terdapat aliran politik
3.      Dapat menghambat proses asimilasi budaya yang berbeda

BAB III
3.1       KESIMPULAN
Prasangka adalah sikap negatif terhadap anggota dari kelompok sosial tertentu semata mata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Hal ini sifatnya dapat dipicu secara otomatis dan dapat pula secara implisit maupun eksplisit.Prasangka seperti halnya hal lain mempengaruhi cara kita memproses informasi sosial,keyakinan kita terhadap anggota kelompok dan perasaan kita terhadap mereka.Prasangka tetap ada karena kelompok yang tidak kita sukai dapat meningkatkan self-esteem  kita dan karena stereotip dapat menghemat usaha kognitif kita.
Diskriminasi ialah perlakuan pembedaan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung atau tak langsung terhadap orang atau kelompok dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, status sosial, status ekonomi, bahasa, keyakinan politik, atau karakteritik yang lain.
 Etnosentrisme adalah kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri  sebagai suatu yang prima, yang terbaik, mutlak dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk membedakannya dengan kebudayaan lain.

Prasangka, diskriminasi, dan etnosentrisme tidak baik untuk kita dan lingkungan kita. Sebaiknya kita menjauh dari perbuatan perbuatan seperti prasangka buruk, diskriminasi, etnosentrisme dan kita harus saling menghargai terhadap sesame dan memperkuat persatuan demi keutuhan NKRI yang lebih baik.

3.2       DAFTAR PUSTAKA




Komentar